Foto Profil

Foto Profil

Senin, 26 Mei 2014

Martapura, Intan di Tengah Serambi Mekkah

Martapura adalah sebuah kota kabupaten di daerah Kalimantan Selatan. Martapura berjarak lebih kurang 45 km dari pusat kota Banjarmasin. Disinilah pusat penjualan dan pengasahan batu permata terbesar di Kalimantan. Selain sebagai kota Intan, Martapura juga terkenal dengan masyarakatnya yang sangat religius karena begitu kental budaya ke-Islaman-nya, bukan hanya di Kalimantan Selatan tetapi juga terkenal hingga Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Banyak para penyebar agama dan para tuan guru (istilah orang alim ulama bagi masyarakat Banjar untuk menyebut "ustadz") terlahir dari kota Martapura ini. Sedikit penampakan dari Pertokoan Cahaya Bumi Selamat (CBS) Martapura waktu ane mengunjungi kota ini beberapa waktu lalu. Ane ngga banyak pasang foto karena waktu jalan kesana kemarin ngga banyak, jadi seadanya aja ya.


Gerbang Selamat Datang Pertokoan CBS Martapura

Lapak Penjual Intan di Komplek CBS

Selain terkenal dengan penjualan dan pengasahan Intan, di komplek pertokoan ini juga akan banyak kita temui penjualan pernak-pernik khas Kalimantan, misalnya aja mandau, telabang, lampit, anjat (tas khas suku Dayak) dan berbagai macam pernak-pernik khas lainnya. Tapi satu guys, kalo kalian belanja di pertokoan ini, harus pinter dan handal buat menawar harga, karena menurut ane, harga yang ditawarkan udah tinggi banget dan sepertinya akan lebih murah bila kita datang langsung ke tempat pengasahan intan atau ke lokasi pengrajinnya langsung. Tapi lupakan, karena kalian ngga akan pernah bisa guys,,,,why?? Ya karena sebagian besar pernak-pernik yang dijual disini adalah barang yang didatangkan dari luar kota Martapura, bahkan dari luar Kalimantan Selatan. Misalnya saja mandau. Setelah ane buat wawancara kecil dengan salah satu pedagang, ternyata mandau hiasan tersebut buatan Negara, Hulu Sungai Selatan yang  berjarak lebih kurang 3 jam dari Martapura. Kalau untuk datang langsung ke pengasahan intan, ane rasa kalo kalian dari luar Kalsel agak berat, tapi bagi yang sekitaran Kalsel mungkin bisa guys, itupun kalo punya kenalan atau channel istilahnya.

Oya, kalo kalian salah satu kolektor senjata tua khas Kalimantan, ternyata disini juga ada beberapa pedagang yang menjual senjata-senjata tua, misalnya mandau tua, tombak, sumpit dan beberapa senjata tua lainnya. Tapi mereka kebanyakan ngga menampilkan senjata tua tersebut di tokonya, biasanya sih disimpan dirumah atau digudang. Tapi ane ada kenalan pedagang yang menjual senjata tua dan dia berlokasi usaha di Komplek CBS Martapura ini. Kalau pengen tau bisa PM ane hahahahahaha....

So, kita back to intan. Intan ini adalah salah satu komoditas berharga di Martapura. Sebagian masyarakat Martapura menggantungkan hidupnya dari intan baik sebagai pendulang, pengasah ataupun sebagai pedagang. Dan, kalian tau guys, kalau dalam pencarian intan ini ternyata juga ngga lepas dari unsur magisnya loh. Jadi ceritanya, intan dikenal masyarakat sekitar memiliki nama panggilan masing-masing, misalnya "galuh". Nah dalam pencarian si galuh ini, ngga sembarangan guys, katanya sih harus dengan hati yang bersih dan ikhlas serta diiringi dengan ritual tertentu. Kalo ngga si galuh bisa ngambek, ngga mau keluar dan bakal lari ke perut bumi lagi (ngga tau deh kebenaran cerita ini). Cuma ada cerita menarik seputar unsur magis si galuh ini. Jadi pernah ada sebuah perusahaan besar yang berniat mencari intan di kota Martapura ini. Saat melakukan survey menggunakan peralatan canggih, terdeteksi ada sebuah intan besar di koordinat tertentu. Para surveyor lalu ingin memastikan lagi kalau benda yang terdeteksi oleh peralatan tersebut adalah intan yang memang sudah mereka buru. Setelah mereka pastikan benda itu adalah intan asli, mulailah kegiatan penggalian. Dan kalian tahu endingnya? Sampai kedalaman tertentu, si galuh belum juga ditemukan, bahkan saat dilihat kembali di layar peralatan, si galuh sudah menghilang dari deteksi. Ntah lah, mungkin hanya Allah yang tahu.

Dan kalian juga harus tahu guys, intan ini sudah pernah tercatat dalam sejarah etnis Dayak dan Banjar di Kalimantan Selatan dan Tengah. Salah satunya adalah cerita tutur lisan tentang Putri Mayang Sari. Jadi Putri Mayang Sari adalah anak perempuan dari Pangeran Suriansyah, seorang raja dari Kesultanan Banjar di Banjarmasin yang bergelar Panembahan Mata Habang. Ane coba ambil kutipan cerita dari bukunya Sutopo Ukip yang berjudul "Sejarah Banjar, Maanyan dan Merina di Madagaskar" dimana dalam salah satu tulisannya berbunyi sebagai berikut,

"Saat Uria Rinyan datang ke Kesultanan Banjar, ternyata istri Sultan jatuh hati dan terjadi perselingkuhan. Hal itulah yang membuat sultan membunuh Uria Rinyan dengan keris bermata intan, namun wakil Uria Rinyan Makarua’ng berhasil lolos dan melaporkan kepada orang-orang di kampungnya. Maka berangkatlah saudara Uria Rinyan yaitu Uria Lana ke Banjarmasin dan mengamuk di Nagara dengan menggunakan mandau yang bernama Lansar Tawomea…..sampai akhirnya Sultan Suriansyah meminta berdamai dan berjanji menyerahkan anaknya. Saat itu pula nama Uria Lana menjadi Uria Mapas".

Ane ngga akan membahas tulisan sejarah diatas lebih dalam, karena rencananya ane juga mau tulis lagi sejarah Putri Mayang Sari diatas dalam sesi lain, tapi yang ane garisbawahi adalah bagaimana etnis Banjar menempatkan intan sebagai komoditas berharga, bahkan dipakai sebagai salah satu hiasan senjata Sultan Banjar kala itu. Terbukti dari tulisan diatas bahwa Sultan Suriansyah membunuh Uria Rinyan, salah satu utusan dari suku Dayak Maanyan ke Kesultanan Banjar, menggunakan keris bermata intan. Jadi jaman dulu, intan hanyalah komoditas yang dipakai oleh para sultan-sultan di Kesultanan Banjar. So, kalau kalian hidup dijaman sekarang guys dan kalian punya atau mungkin pernah pegang benda bernama intan, maka andaikata kalian hidup di jaman kesultanan, maka posisi kalian sudah sejajar dengan para Sultan Banjar.....hehehehe...okelah sampai sini dulu tulisan ane. Saran ane, kalau kalian sempat jalan-jalan ke Kalsel, jangan sampai terlewat Kota Intan, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Ngga jauh kok guys, sekitar 45 menit dari pusat kota Banjarmasin. Sarana transportasi pun cukup banyak untuk mencapai Martapura. Kalau ingin membeli oleh-oleh atau mungkin mencicipi penganan khas etnis Banjar di Kalimantan Selatan sepertinya Martapura cukup dijadikan salah satu rujukan kalian. Akhirnya, kembali ane berpesan, tetap selami terus kekayaan nenek moyang kita demi kehidupan Kalimantan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Tabe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar